Selasa, 22 Mei 2012

TIPS

“Tips: Cara Jitu Agar Anak Anda Terhindar Dari Kebiasaan Merokok”. Yang maksudnya ditujukan bagi Orang Tua yang memiliki anak pencandu rokok. Namun karena terlanjur ter-pusblish “seperti” judul di atas, maka jadilah yang seperti itu. Jika diubah seperti judul aslinya akan merusak URL yang sudah terlanjur di SHARING ke media lain. Maka jadilah judulnya seperti yang di atas. Tips Agar Anak Kita Tidak Merokok Seperti Orang Tuanya. Apakah anda perokok berat? Kalau ya, disini ada salah satu tips agar anak anda tidak mengikuti jejak anda dalam berperilaku merokok. Bagi seorang perokok berat seperti saya ini, sangatlah susah untuk tidak merokok di sembarang tempat. Kebiasaan buruk ini sudah berjalan sejak saya masih SMA. Sering kali keinginan atau hasrat untuk berhenti merokok timbul dari dalam hati, namun memang susah dan memang rasanya berat sekali untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini dari kehidupan kita sehari-harinya. Karena kebiasaan buruk tersebut, kita sebagai orang tua, kebiasaan buruk seperti ini biasanya menular pula pada anak-anak kita yang masih usia sekolah. Pada umumnya, anak-anak yang dalam masa pertumbuhan usia mudanya sering mengidolakan orang tuanya sebagai idola dalam pergaulannya sehari-hari, terutama pada sosok seorang ayah. Baik perilakunya sehari-hari di rumah mapun perilaku di luar rumah dan bahkan mungkin perilaku dalam kehidupan masyarakat sekitar terutama pada lingkungan sekolah. Demikian pula dalam perilaku merokok. Seorang anak, biasanya, baik secara langsung maupun tidak langsung akan meniru perilaku orang tuanya yang perokok, sehingga si anak cenderung juga untuk menjadi seorang perokok, dari perokok pasif ke perokok aktif. Sebagai orang tua yang bijaksana, kita harus dapat menyiasati bagaimana caranya agar anak kita tidak ikut-ikutan menjadi perokok seperti halnya kita sebagai orang tua. Disini saya menyertakan tips-tips yang sudah lama saya terapkan dalam lingkungan keluarga saya untuk melatih anak dalam hal agar anak kita tidak merokok. Di mata anak kita, kita sebagai orang tuanya masih dapat merokok seperti biasanya tanpa akan ditiru oleh anak kita. Dan saya sebagai orang tuanya masih dapat merokok tanpa memberikan contoh yang berkonotatif negatif kepada anak-anak kita. Karena tips ini juga (mungkin) berguna untuk kebaikan semua pihak. Diantara tips yang sudah pernah dan sedang saya berlakukan di rumah tangga saya dan hasilnya cukup berarti. Tips-tipsnya adalah sebagai berikut: 1. Sejak usia dini, anak diajarkan dan diberikan pengetahuan tentang bahaya merokok dengan cara memperlihatkan keburukan-keburukan merokok melalui slide-slide yang ada di media massa yang menggambarkan dampak buruk akibat dari kebiasaan merokok. 2. Berdisiplinlah dalam hal merokok, jangan merokok di dalam rumah, ruang tamu, kamar, meja makan, dan terutama hindarilah merokok di depan anak-anak. 3. Terapkan peraturan di dalam rumah bahwa siapa saja yang kedapatan merokok (di dalam rumah), maka kenakan denda dengan peraturan yang ada sanksi dengan memberlakukan denda. Denda apa sajapun terserah, asalkan memenuhi unsur jera (efek jera). Di keluarga saya biasanya diberlakukan denda dalam bentuk rupiah. Misalnya, bagi siapa saja yang kedapatan merokok pada tempat-tempat yang sudah disepakati bersama dan jika ada yang ketahuan merokok di dalam ruangan yang sudah disepakati bersama tersebut, maka akan dikenakan sanksi denda Sekian Rupiah (pada keluarga saya sudah kami terapkan denda sebesar Rp.100.000,oo per setiap ketahuan merokok). 4. Tulis sebuah papan tulisan atau dalam bentuk apapun yang isi tulisannya adalah larangan merokok “NO SMOKING AREA” pada zona-zona larangan merokok di dalam rumah. Tulisan ini bermaksud sebagai warning bagi orang-orang yang merokok agar tetap waspada dan agar tidak merokok di dalam zona-zona terlarang yang sudah sama-sama kita sepakati bersama-sama (keluarga). 5. Tulis juga sebuah anjuran sebesar tulisan yang sama seperti tulisan uang ada pada nomor 4 di atas, namun ada tambhan kalimat: SILAHKAN MEROKOK ASAL BAYAR DENDA SEBESAR Rp.100.000,oo SATU KALI MEROKOK PADA AREA INI. 6. Jangan biasakan menyuruh (minta tolong) anak anda untuk membelikan rokok di warung apabila saat-saat tertentu anda kehabisan stok rokok di rumah. Usahakan agar jangan pernah melakukan hal itu (jangan sekali-kali pernah melakukan hal itu). Karena hal yang seperti itu adalah melatih anak anda untuk tidak bersentuhan secara lansung dengan bentuk pisik krokok. 7. Jangan biasakan meminta tolong kepada anak serta menyuruh anak-anak untuk mengambilkan rokok anda walaupun dalam waktu yang sangat mendesak dan pada saat anda membutuhkan rokok untuk malakukan aktifitas merokok (semisal, menyuruh anak anda untuk mengambilkan rokok di atas meja makan ataupun di dalam saku baju celana anda). Hal ini, sekali lagi untuk membiasakan si anak untuk tidak bersentuhan secara langsung dengan yang namanya rokok. 8. Anda sebagai perokok, harus disiplin dan mentaati peraturan yang anda buat sendiri. Agar anda dapat memberikan contoh kedisiplinan anda baik dalam hal rokok-merokok maupun dalam hal kedisiplinan-kedisiplinan lainnya kepada orang-orang sekitar terutama kepada anak anda. Semua itu adalah usaha dan niat kita dalam hal mengeterapkan “Dilarang Merokok” serta untuk mengantisipasi agar anak kita tidak merokok. Hal yang seperti ini sudah saya terapkan sejak anak saya berusia balita (2 tahun). Dan hal yang seperti itu semuanya juga bergantung dari niat kita untuk mengawalinya. Terutama bagi anda yang susah untuk menghilangkan kebiasaaan merokok, sementara anda tidak ingin anak anda juga ikut-ikutan merokok seperti anda. Tips di atas sudah saya terapkan di rumah saya sendiri. Dan hasilnya cukup signifikan untuk tidak menularkan kebiasaan buruk kepada anak saya yang saat ini sudah berusia 15 tahun. Mudah-mudahan saja tips ini berguna bagi anda perokok berat dimana sajapun berada, anda dapat mencontoh peraturan yang sudah saya terapkan ini dan terbuka pula masukan-masukan lain yang sekiranya memungkinkan untuk menambah peraturan-peraturan yang semuanya dapat dijalankan, karena mungkin saja masih ada tambahan-tambahan yang bisa anda terapkan pada keluarga anda sendiri sesuai dengan kondisi psikologis masing-masing keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar